Thu. Mar 6th, 2025

Konsep Cultural Tourism sebagai Strategi Penataan Kawasan Wisata untuk Antisipasi Krisis Identitas Budaya Bali

KRISIS identitas budaya di Bali kian mendesak untuk diantisipasi melalui penerapan konsep cultural tourism sebagai strategi penataan kawasan pariwisata. Salah satu fokus utama dalam strategi ini adalah penataan arsitektur yang tidak hanya mendukung keindahan visual, tetapi juga mempertahankan akar budaya lokal yang menjadi ciri khas Bali. Namun, dengan semakin banyaknya arsitek luar yang datang membawa gaya dan tren dari luar, Bali berada di persimpangan antara mempertahankan tradisi dan memenuhi kebutuhan pariwisata modern. Menyikapi hal ini, seminar regional bertajuk “Perizinan Gedung di Bali – PBG/SLF” yang diselenggarakan oleh Keluarga Besar Alumni Fakultas Teknik Universitas Warmadewa menghadirkan para pakar yang membahas isu perizinan dan tantangan identitas arsitektur Bali.

Dalam seminar yang berlangsung di lantai 3 Audit G2 R302, 303 Gedung Teknik Universitas Warmadewa ini, pasa Sabtu (12/10/2024) salah satu pembicara, Ir. Ar. Ari Setiya Wibawa, ST., MM., IAI., GP., IPM., ASEAN., Eng, menyampaikan pandangannya mengenai pentingnya arsitektur dalam menjaga identitas budaya Bali. “Menghindari krisis identitas budaya Bali, pemerintah setempat menerapkan konsep cultural tourism sebagai pengembangan penataan kawasan pariwisata,” ungkap Ari. “Namun, dengan maraknya arsitek luar yang berkarya di Bali, identitas budaya Bali mengalami krisis, di mana arsitektur menjadi garda akhir dalam menjaga warisan budaya kita.”

Menurut Ari, peran arsitektur di Bali bukan sekadar elemen estetika, melainkan wujud nyata dari nilai-nilai spiritual dan tradisi masyarakat Bali. Dari tata letak ruang hingga ornamen yang digunakan, arsitektur Bali mencerminkan hubungan yang erat antara manusia, lingkungan, dan nilai luhur yang diwariskan leluhur. Namun, tren desain dari luar yang kurang memahami konteks budaya Bali sering kali menggeser nilai-nilai ini. Oleh karena itu, penting adanya regulasi yang ketat untuk memastikan arsitektur di Bali tetap selaras dengan filosofi Tri Hita Karana yang mengedepankan keseimbangan antara manusia, alam, dan dewa.

Ari juga mengungkapkan bahwa dengan mengedepankan konsep cultural tourism, penataan kawasan pariwisata di Bali dapat terus berkembang tanpa kehilangan jati diri budaya. Melalui panduan yang jelas dalam desain dan kolaborasi dengan arsitek lokal, Bali dapat menghadirkan arsitektur yang tidak hanya menarik bagi wisatawan, tetapi juga menjaga esensi budaya yang telah mengakar sejak lama.

Seminar ini diharapkan menjadi wadah diskusi yang membangun bagi para profesional dan pemangku kepentingan untuk menemukan solusi terbaik dalam mempertahankan identitas budaya Bali melalui arsitektur, sekaligus memenuhi kebutuhan wisatawan modern.[]

By Bekraf

Related Post