Catatan Agung Bawantara
BALI, sebuah pulau yang dikenal akan keindahan alam serta budayanya yang kaya, ternyata juga menjadi “museum hidup” layang-layang terbesar di dunia. Museum ini bukanlah bangunan megah atau koleksi artefak kuno, melainkan sebuah arena terbuka di mana budaya masyarakat Bali dalam menerbangkan layang-layang terpancar dengan gemilang.
Adalah Denpasar, ibukota Bali, yang saat ini ditengarai paling banyak memiliki kelompok pelayang. Jumlah banjar di kota Denpasar mencapai 361, dan hampir setiap banjar itu memiliki sekehe layangan (kelompok pelayang) yang memiliki setidaknya dua layang-layang berukuran besar, mencapai 4 hingga 7 meter. Beberapa bahkan memiliki layang-layang jenis Janggan yang ekornya mencapai ratusan meter. Menerbangkan layang-layang ini bukan sekadar hobi atau rekreasi, melainkan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Bali selama berabad-abad.
Masyarakat Bali memandang kegiatan menerbangkan layang-layang sebagai ritual yang berkaitan erat dengan kepercayaan dan mitos kuno. Rare Angon, yang dipercaya sebagai Dewa Layang-layang dalam budaya Bali, diyakini turun ke bumi selama musim layang-layang untuk memanggil angin dengan serulingnya. Oleh karena itu, setiap tahun, saat musim kemarau tiba, para pelayang, yang sering disebut sebagai Rare Angon, mulai menerbangkan layang-layang mereka sebagai bagian dari ritual ini.
Sejarah dan Varian Layang-layang di Bali
Tradisi menerbangkan layang-layang di Bali memiliki akar yang dalam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dikisahkan bahwa setelah masa panen, petani dan anak gembala akan memanfaatkan waktu luang mereka untuk menerbangkan layang-layang di ladang atau padang rumput yang luas. Mereka bahkan memainkan peran sebagai anak gembala saat bermain layang-layang, sehingga istilah “Rare Angon” menjadi sinonim dengan anak-anak yang bermain layang-layang.
Ada tiga jenis utama layang-layang tradisional di Bali: Bebean, Janggan, dan Pecukan. Layang-layang Bebean berbentuk ikan dengan elemen suara guwangan yang menciptakan variasi suara saat melayang di udara. Sementara itu, Janggan, yang berbentuk naga, adalah yang paling spektakuler dengan ekornya yang dapat mencapai puluhan hingga ratusan meter. Terakhir, layang-layang Pecukan, meskipun sederhana dalam bentuknya, membutuhkan tingkat keahlian yang tinggi dalam menerbangkannya karena sensitivitasnya terhadap angin.
Festival Layang-layang Bali: Sebuah Perayaan Budaya yang Megah
Bali Kite Festival adalah perayaan tahunan yang diadakan di Bali, yang telah mendapat pengakuan internasional. Acara ini biasanya diadakan di Pantai Padanggalak atau Pantai Mertasari, Sanur, karena kondisi angin dan ruangnya yang ideal. Dalam festival ini, tim-tim dari berbagai komunitas layang-layang dan banjar di Bali bersaing memamerkan keterampilan mereka dalam membuat dan menerbangkan layang-layang.
Tidak hanya sebagai kompetisi semata, festival ini juga menjadi momen penting dalam upacara ritual untuk menyucikan layang-layang dan memanjatkan doa sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah. Dengan partisipasi ratusan orang dalam setiap tim, festival ini tidak hanya menjadi ajang untuk mempererat hubungan antar komunitas, tetapi juga sebagai pesta rakyat yang meriah dan penuh warna.
Apa Peran Pemerintah?
Tradisi menerbangkan layangan di Bali bukan sekadar hobi atau kegiatan rekreasi biasa. Ini adalah bagian dari warisan budaya yang kaya dan semarak di pulau ini. Untuk menjaga dan mengembangkan tradisi ini serta menghasilkan dampak ekonomi yang maksimal bagi masyarakat, pemerintah daerah memiliki peran yang sangat penting. Berikut adalah beberapa tugas penting dari pemerintah daerah untuk mewujudkan Bali sebagai “museum hidup” layang-layang terbesar di dunia:
1. Melestarikan Tradisi Budaya
Pemerintah daerah harus bertanggung jawab atas pelestarian dan pengembangan tradisi menerbangkan layangan sebagai bagian dari budaya Bali yang kaya. Ini dapat dilakukan melalui program-program pendidikan, pelatihan, dan promosi budaya yang menekankan pentingnya tradisi ini bagi identitas budaya Bali.
2. Pengembangan Infrastruktur
Untuk mendukung pertumbuhan industri layang-layang di Bali, pemerintah daerah perlu menginvestasikan dalam pengembangan infrastruktur yang mendukung, seperti tempat terbang, pusat pelatihan, dan fasilitas pendukung lainnya. Ini akan membantu meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan bagi para penghobi layang-layang, wisatawan, dan peserta festival.
3. Mendorong Inovasi dan Kreativitas
Pemerintah daerah dapat memberikan dukungan finansial dan teknis kepada komunitas layang-layang untuk mendorong inovasi dan kreativitas dalam pembuatan layang-layang. Hal ini dapat mencakup penyelenggaraan workshop, kontes desain, dan pengembangan teknologi terbaru untuk memperbaiki kualitas dan kinerja layang-layang.
4. Promosi Pariwisata
Sebagai bagian dari strategi pariwisata Bali, pemerintah daerah perlu secara aktif mempromosikan tradisi menerbangkan layangan sebagai daya tarik wisata unik. Ini dapat dilakukan melalui kampanye pemasaran, partisipasi dalam pameran wisata internasional, dan kerja sama dengan agen perjalanan dan operator tur.
5. Pengembangan Industri Kreatif
Selain sebagai atraksi wisata, layang-layang Bali juga memiliki potensi sebagai produk ekspor dan industri kreatif yang berkembang. Pemerintah daerah dapat membantu dalam pengembangan dan pemasaran produk-produk layang-layang Bali ke pasar lokal maupun internasional, sehingga memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Dengan mengambil peran aktif dalam mewujudkan Bali sebagai “museum hidup” layang-layang terbesar di dunia, pemerintah daerah dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pelestarian budaya, pembangunan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat Bali secara keseluruhan.
Selain lima hal di atas, pendataan, analisis ekonomi, dan literasi memiliki peran yang krusial dalam mendukung visi Bali sebagai “museum hidup” layang-layang terbesar di dunia. Inilah beberapa cara di mana elemen-elemen ini dapat berkontribusi:
1. Pendataan Komunitas Layang-layang
Melalui pendataan, pemerintah daerah dapat mengidentifikasi komunitas-komunitas layang-layang di seluruh Bali. Ini melibatkan mencatat jumlah kelompok pelayang, lokasi kegiatan, jumlah anggota, dan karakteristik lainnya. Data ini penting untuk merencanakan kebijakan dan program yang tepat untuk mendukung pengembangan layangan di daerah tersebut.
2. Analisis Potensi Ekonomi
Dengan melakukan analisis ekonomi, pemerintah daerah dapat memahami potensi ekonomi dari industri layang-layang. Ini meliputi penilaian terhadap dampak ekonomi langsung dan tidak langsung dari kegiatan menerbangkan layangan, termasuk pendapatan dari pariwisata, penjualan layang-layang dan aksesori, serta dampaknya terhadap industri terkait seperti perhotelan, makanan dan minuman, dan kerajinan lokal.
3. Peningkatan Literasi Keuangan
Literasi keuangan yang lebih baik di antara masyarakat lokal dapat membantu mereka memahami nilai ekonomi dari kegiatan menerbangkan layangan dan bagaimana mereka dapat memanfaatkannya secara maksimal. Pemerintah daerah dapat menyelenggarakan program-program pendidikan keuangan, pelatihan kewirausahaan, dan penyuluhan ekonomi kepada masyarakat terutama yang terlibat dalam industri layang-layang.
4. Analisis Dampak Sosial
Selain dampak ekonomi, penting juga untuk menganalisis dampak sosial dari industri layang-layang. Ini termasuk penilaian terhadap dampaknya terhadap pelestarian budaya, pembangunan komunitas, dan kesejahteraan sosial masyarakat Bali. Data ini penting untuk memastikan bahwa pengembangan layang-layang di Bali memberikan manfaat yang seimbang bagi seluruh masyarakat.
5. Peningkatan Literasi Budaya
Selain literasi keuangan, literasi budaya juga penting dalam memahami dan menghargai nilai-nilai tradisional yang terkandung dalam menerbangkan layangan di Bali. Pemerintah daerah dapat mengintegrasikan pendidikan budaya dan sejarah lokal dalam kurikulum sekolah, menyelenggarakan acara budaya, dan mempromosikan kesadaran akan pentingnya warisan budaya Bali.*** [BEKRAF/red]