Thu. Oct 16th, 2025

Peluang dan Tantangan Kraflab.id dalam Ekosistem Kreatif Digital Indonesia

Melalui konferensi pers di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Denpasar pada Sabtu, 27 September 2025, publik mendapat gambaran tentang rencana penyelenggaraan Bali Blockchain Summit (BBS) yang akan digelar pada akhir Oktober. Dalam forum itu, satu topik yang banyak disinggung adalah Kraflab.id sebagai salah satu use case nyata pemanfaatan teknologi blockchain di sektor ekonomi kreatif.

Perbincangan seputar Kraflab.id dalam konferensi tersebut menarik, sebab ia membuka pintu bagi diskusi lebih luas tentang arah digitalisasi ekosistem kreatif Indonesia. Kraflab tidak hanya hadir sebagai platform baru, tetapi juga membawa janji sekaligus ujian: mampu atau tidak ia menjawab kebutuhan mendasar para kreator, yakni perlindungan karya sekaligus akses menuju nilai ekonomi yang lebih adil.

Tulisan ini mencoba memberi catatan terhadap fenomena tersebut—membedah peluang yang ditawarkan sekaligus tantangan yang mesti dihadapi Kraflab.id dalam perjalanannya.

Dalam beberapa tahun terakhir, wacana tentang digitalisasi ekonomi kreatif semakin menguat. Indonesia, dengan kekayaan budaya dan kreativitas yang melimpah, menghadapi persoalan klasik: bagaimana melindungi karya kreatif sekaligus memastikan para kreator mendapat nilai ekonomi yang adil dari karya mereka.

Kraflab.id hadir sebagai jawaban atas persoalan itu. Dikembangkan oleh Baliola, platform ini resmi diluncurkan secara soft launching di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Denpasar pada akhir September 2025. Sebelumnya, Kraflab sudah diperkenalkan melalui forum Smart Business, Rich Heritage oleh Utusan Khusus Presiden dan Staf Khusus Presiden pada Juli 2025.

Mengusung teknologi blockchain, Kraflab.id tidak hanya menawarkan sistem pencatatan dan perlindungan karya kreatif, tetapi juga membuka jalur baru monetisasi. Namun, seperti setiap inisiatif besar, kehadirannya tidak lepas dari peluang sekaligus tantangan. Artikel ini membedah dua sisi tersebut dengan merujuk pada dinamika yang ada di lapangan.

Peran dan Peluang
Keberadaan kraflab.id membuka sedikitnya enam peran yang mengandung peluang ekonomi di dalamnya. Pertama, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (IP) yang Kredibel. Kita tahu salah satu persoalan terbesar kreator di Indonesia adalah lemahnya perlindungan hak cipta. Banyak karya yang dibajak, diklaim ulang, atau diperjualbelikan tanpa izin. Kraflab.id menjawab masalah ini dengan memanfaatkan blockchain—teknologi yang tidak bisa diubah atau dimanipulasi.

Dengan Local Branding Tag (LBT) dan Origin Certificate of Product (OCP), kreator memiliki bukti kepemilikan yang sah. Jika ada sengketa, bukti digital ini bisa dijadikan landasan kuat untuk pembelaan hukum. Ini menjadi peluang besar untuk menumbuhkan rasa aman dan percaya diri para kreator.

Kedua, meningkatkan nilai tambah produk kreatif. Hal ini menjawab persoalan bahwa karya kreatif sering kali dipandang sebatas estetika atau hiburan. Padahal, dengan dokumentasi yang jelas, nilai jual produk bisa meningkat drastis. LBT berfungsi sebagai label resmi yang menegaskan identitas lokal sekaligus jaminan keaslian. OCP mencatat seluruh jejak perjalanan karya, dari bahan baku hingga produk jadi.

Bagi konsumen, ini meningkatkan rasa percaya. Bagi kreator, ini berarti peluang menaikkan harga dan reputasi produk. Sebagai contoh, kerajinan dengan OCP bisa lebih meyakinkan pembeli internasional karena mereka dapat menelusuri asal-usulnya.

Ketiga, peluang ekspansi pasar global. Indonesia yang memiliki banyak produk kreatif yang unik, tetapi sering kesulitan menembus pasar internasional karena masalah keaslian dan kredibilitas. Kraflab.id membuka jalan untuk mengatasi hambatan ini.

Dengan OCP, produk bisa dipasarkan ke marketplace global dengan label keaslian yang diakui. Di ranah digital, karya bisa dijadikan NFT, membuka peluang baru di ekosistem Web3. Bagi musisi, komikus, perajin, hingga desainer, ini adalah kesempatan mendapat penghasilan dari pasar global tanpa perantara berlapis.

Keempat, menjadi simbol kebanggaan dan identitas kolektif. Keputusan Kraflab.id yang memilih Ogoh-Ogoh sebagai proyek percontohan merupakan langkah strategis karena Ogoh-Ogoh bukan hanya karya seni, tetapi juga simbol kebanggaan budaya Bali.

Dengan mendokumentasikan Ogoh-Ogoh melalui OCP, karya ini tidak hanya dilihat setahun sekali saat Nyepi, tetapi bisa diabadikan selamanya di blockchain. Kreator Ogoh-Ogoh akan merasa karyanya tidak sekadar ikut lomba, tetapi masuk dalam catatan sejarah digital. Efek psikologis ini penting: membuat kreator merasa dihargai, bukan hanya secara ekonomi, tetapi juga secara kultural dan spiritual.

Kelima, menggandeng generasi muda kreatif melalui partitur musik, komik digital, dan karya konten populer. Generasi muda inilah yang menjadi motor ekosistem kreatif masa depan.

Dengan memberikan ruang ekspresi di platform yang kredibel, Kraflab berpotensi menjadi tempat lahirnya IP populer baru Indonesia.

Keenam, menjadi katalisator kolaborasi lintas subsektor pada 18 subsektor ekonomi kreatif Indonesia dari kuliner hingga game, dari fesyen hingga animasi. Kraflab.id dengan blockchain-nya mampu menjadi jembatan antar subsektor.

Bayangkan sebuah produk fesyen lokal yang menggunakan desain visual dari ilustrator muda, diiringi musik indie, dan dijual dengan label OCP. Semua bisa tercatat dalam satu ekosistem. Ini peluang untuk menciptakan produk kolaboratif lintas sektor dengan nilai tambah tinggi.

Tantangan
Adapun tantangannya antara lain : kesadaran rendah terhadap IP (1). Banyak kreator merasa tidak perlu mendaftarkan karya karena yakin bisa melindunginya sendiri. Ada juga yang beranggapan bahwa manfaat perlindungan IP tidak sebanding dengan kerepotan administratif.

Jika pola pikir ini dibiarkan, adopsi Kraflab.id bisa lambat. Tantangannya adalah bagaimana membuat proses pendaftaran sangat sederhana dan manfaatnya langsung terasa (quick win).

Kerumitan teknis dan bahasa yang sulit dipahami (2) juga menjadi tantangan yang tak boleh dianggap enteng. Saat ini Blockchain sering terdengar rumit, penuh istilah teknis, dan sulit dipahami oleh kreator awam. Jika Kraflab.id terjebak dalam jargon, khalayak akan menjauh.

Tantangan bagi pengelola adalah menyederhanakan bahasa komunikasi: tidak lagi bicara “hash, node, smart contract,” tetapi cerita nyata: “Karya Anda aman, bisa dilacak, dan lebih mudah dijual.”

Tantangan lain adalah kredibilitas dan kepercayaan publik (3). Teknologi canggih saja tidak cukup untuk merebut kepercayaan mereka. Publik akan percaya pada sebuah platform semacam ini jika ada: legitimasi resmi (misalnya stempel pemerintah atau asosiasi kreatif);
testimoni nyata dari kreator yang benar-benar mendapat manfaat; dan transparansi data mengenai berapa karya sudah tercatat, siapa saja yang sudah bergabung.

Jika tidak ada kepercayaan, Kraflab bisa dianggap sekadar proyek eksklusif.
Kenyataan bahwa ekosistem monetisasi yang belum jelas (4) juga merupakan tantangan tersendiri. Kreator akan bertanya: “Kalau saya sudah daftar, apa yang saya dapat?” Jika tidak ada model bisnis yang jelas (misalnya akses ke pasar global, promosi otomatis, peluang sponsor), mereka akan menilai pendaftaran hanya membuang waktu. Pengelola harus memastikan ada skema monetisasi yang menguntungkan semua pihak, bukan hanya pengembang platform.

Tantangan berikutnya adalah skeptisisme dan resistensi awal (5). Bagi banyak kreator, istilah blockchain, NFT, atau sertifikat digital terdengar asing atau bahkan menakutkan. Ada yang skeptis: “Ah, paling hanya tren, nanti hilang.” Dalam konteks ini tantangannya adalah mengubah skeptisisme ini dengan kisah sukses nyata. Begitu ada kreator yang berhasil mendapat manfaat, cerita itu harus diangkat besar-besaran agar jadi contoh.

Terakhir, kapasitas pengelolaan dan konsistensi (6) merupakan tantangan yang tak boleh dianggap kecil. Keberlangsungan platform digital bergantung pada manajemen. Jika pengelola tidak konsisten memberi layanan, memperbarui sistem, dan merawat komunitas, trust akan hilang. Kraflab harus terus aktif, bukan hanya saat launching. Harus ada laporan perkembangan, program lanjutan, dan inovasi berkelanjutan.

Strategi Praktis
Lalu apa Langkah strategis namun praktis yang bisa dilakukan untuk mengatasi tantangan tersebut?

Pertama, sederhanakan proses pendaftaran hingga semudah publik awam mengunggah pesan di Instagram. Kedua, pengelola harus menampilkan manfaat nyata (quick win) sejak awal, di mana pengguna merea produk mereka lebih dipercaya pembeli, karya mereka masuk katalog resmi dan mendapat promosi gratis. Ketiga, membangun legitimasi dengan menggandeng pemerintah, asosiasi kreatif, dan lembaga pendidikan untuk memberi stempel otoritas. Keempat, membuat storytelling yang kuat tentang kreator dan pemikiran-pemikirannya selain narasi detil menyangkut hal teknis. Kelima, membangun ekosistem yang kolaboratif dengan melibatkan subsektor ekraf lain agar Kraflab jadi ruang pertemuan kreatif. Keenam, memastikkan ada jalur ekonomi nyata (akses pasar global, NFT, sponsor, promosi). Dan, terakhir, menunjukkan konsistensi dengan menghadirkan laporan, event, dan inovasi secara berkala untuk menjaga momentum.

Apap pun, Kraflab.id adalah langkah besar dalam perjalanan digitalisasi ekonomi kreatif Indonesia. Dengan blockchain, platform ini memberi perlindungan, nilai tambah, dan peluang monetisasi bagi kreator. Meski jalan untuk itu tidak mudah dengan menjaga keseimbangan antara kepercayaan, adopsi teknologi, dan manfaat ekonomi nyatamaka Kraflab.id bukan hanya menjadi platform digital, tetapi akan menjadi ekosistem baru yang mendefinisikan ulang cara kita memandang, melindungi, dan menghidupkan karya kreatif Indonesia. [BEKRAF/Agung Bawantara]

By Bekraf

Related Post