Tue. Jun 10th, 2025

Di Pembukaan Bulan Bung Karno VII Gubernur Koster Tegaskan Ajaran Bung Karno sebagai Napas Semesta

Gubernur Bali, Wayan Koster, secara resmi membuka Bulan Bung Karno VII Tahun 2025 dalam sebuah upacara penuh semangat di panggung terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Bali, Denpasar, Minggu (1/6). Upacara ini menjadi penanda dimulainya rangkaian kegiatan yang didedikasikan untuk mengenang, meresapi, dan mengaktualisasikan ajaran Bung Karno, Bapak Proklamator Republik Indonesia.

Hadir dalam acara pembukaan ini jajaran pemerintahan provinsi dan kabupaten/kota, tokoh masyarakat, pemuda, pelajar, serta berbagai elemen masyarakat Bali.

Dalam sambutannya, Gubernur Koster menegaskan bahwa penyelenggaraan Bulan Bung Karno bukan sekadar seremonial, melainkan bentuk hormat dan bhakti rakyat Bali kepada Bung Karno yang telah berjasa besar memerdekakan Indonesia dan merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.

“Bulan Bung Karno adalah momentum penting untuk mengenang dan menghidupkan kembali ajaran, pemikiran, dan semangat perjuangan Bung Karno. Ini adalah bentuk rasa terima kasih dan penghargaan atas pengorbanan beliau dalam memerdekakan bangsa Indonesia,” ujar Koster.

Gubernur juga mengulas bagaimana Bung Karno, dalam masa pengasingannya di Ende, menggali nilai-nilai luhur bangsa yang kemudian dituangkan dalam pidato monumental pada 1 Juni 1945 di BPUPKI—tanggal yang kini diperingati sebagai Hari Lahir Pancasila. Selain itu, Juni juga menjadi bulan penting karena bertepatan dengan Hari Lahir Bung Karno (6 Juni) dan Hari Wafatnya (21 Juni).

Sebagai bentuk institusionalisasi nilai-nilai Bung Karno, Pemerintah Provinsi Bali menetapkan melalui Peraturan Gubernur Bali Nomor 19 Tahun 2019 bahwa setiap bulan Juni akan diperingati sebagai Bulan Bung Karno.

Tahun ini, Bulan Bung Karno mengusung tema “Prana Jagat Kerthi”, yang berarti ajaran dan karya-karya Bung Karno merupakan bagian dari harmoni agung semesta. Tema ini, menurut Gubernur Koster, selaras dengan visi pembangunan Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yang mengedepankan enam sumber kesejahteraan kehidupan dalam Sad Kerthi.

“Pembangunan Bali harus berakar pada spiritualitas, kelestarian alam, kemanusiaan, dan budaya. Nilai-nilai Bung Karno dan kearifan lokal Bali bukan hanya untuk dikenang, tapi juga menjadi dasar kebijakan pembangunan,” tegasnya.

Sebagai bagian dari perayaan, Pemprov Bali menggelar berbagai lomba yang melibatkan generasi muda dari pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum, seperti: Lomba Musikalisasi Puisi Bung Karno berjudul “Sudah Ber-Ibu Kembali”, Lomba Film Pendek bertema “Berdikari Ekonomi Berbasis Kearifan Lokal Bali”, dan Lomba Film Dokumenter bertajuk “Ketahanan Budaya Bali di Tengah Globalisasi” dengan total hadiah sebesar Rp115.500.000 disiapkan untuk menyemangati para peserta.

Gubernur Koster pun menyerukan kepada generasi milenial dan Gen Z untuk terus belajar, berkarya, dan membangun Bali dengan semangat nasionalisme yang berpijak pada jati diri budaya lokal.

“Mari kita rawat semangat gotong royong, persatuan, dan keadilan sosial. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah—Jas Merah. Ajaran Bung Karno adalah napas semesta bagi kita semua,” tutupnya.

Pembukaan ditandai dengan penandatanganan Kata Mutiara Bung Karno dan pemukulan Kendang Bali, sebagai simbol dimulainya Bulan Bung Karno VII Tahun 2025. Diharapkan, peringatan ini mampu memperkuat rasa cinta tanah air, menggugah kesadaran sejarah, dan memperkokoh fondasi ideologis generasi muda Bali di tengah tantangan zaman. [BEKRAF/Rls]

By Bekraf

Related Post