SEBUAH gerakan besar untuk menghidupkan kembali semangat seni dan budaya di Pengosekan akan segera digelar dalam acara Gelar Seni Pengosekan (GSP) 2025. Acara ini bertujuan untuk membangkitkan kembali spirit Pengosekan sebagai Desa Seni yang telah dikenal sejak lama, sekaligus memperingati 51 tahun kunjungan Ratu Elizabeth II ke Pengosekan pada 15 Maret 1974.
Julukan Pengosekan sebagai Desa Seni pertama kali diakui secara tertulis dalam laporan wartawan Kompas yang meliput kunjungan tersebut. Sejak saat itu, Pengosekan terus berkembang sebagai pusat seni dan budaya, dengan berbagai pencapaian penting, antara lain:
Pengosekan menjadi duta Kabupaten Gianyar dalam Festival Tari Arja se-Provinsi Bali (1977), Sekaa Gong Tunas Mekar Pengosekan menjadi duta Kabupaten Gianyar dalam Festival Gong Kebyar se-Provinsi Bali di ajang Pesta Kesenian Bali (1987), Komunitas Seni Pengosekan menggelar Apresiasi Seni Pengosekan di Catus Pata Pengosekan (2008), Gelar Seni Komunitas Seni Pengosekan dihelat di Lotus Restaurant dalam acara Pengosekan Week (2009), Sekaa Gong Tunas Mekar kembali menjadi duta Kabupaten Gianyar dalam Parade Gong Legendaris di Pesta Kesenian Bali (2024), dan Mas Festival diadakan di Pengosekan, melibatkan seniman seni lukis dan pertunjukan (2024).
Setelah lebih dari lima dekade, para seniman dan pegiat seni Pengosekan menginisiasi evaluasi dan refleksi atas perkembangan seni di desa ini. Dari hasil perenungan tersebut, muncullah gagasan untuk merajut kembali kekuatan seni dalam satu acara besar yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Gelar Seni Pengosekan 2025 diharapkan menjadi momentum untuk mengokohkan kembali identitas Pengosekan sebagai Desa Seni yang aktif dan dinamis.
Acara ini akan menghadirkan berbagai kegiatan seni dan budaya, seperti:Pameran Lukisan, Workshop Seni Lukis Pengosekan, Melukis Bersama, Seni Pertunjukan, Seni Kerajinan, Sarasehan Seni, Kuliner Tradisional Bali.
Selain sebagai wadah pelestarian budaya, Gelar Seni Pengosekan 2025 juga memiliki tujuan ekonomi, yakni menggerakkan ekonomi kerakyatan melalui keterlibatan UMKM dan wirausaha di Desa Adat Pengosekan. Dengan demikian, seni dan budaya tidak hanya menjadi identitas lokal, tetapi juga menjadi motor penggerak ekonomi bagi masyarakat setempat.
Ketua Panitia Gelar Seni Pengosekan 2025, Ir. I Dewa Nyoman Sumarthana, M.Si, mengungkapkan harapannya terhadap acara ini. “Kami ingin menghidupkan kembali semangat seni yang sudah lama menjadi identitas Pengosekan. Acara ini bukan sekadar perayaan budaya, tetapi juga langkah nyata untuk menggerakkan ekonomi masyarakat melalui seni dan kreativitas,” ujarnya.
Acara ini diselenggarakan atas kerja sama berbagai pihak, dengan Bendesa Adat Pengosekan, I Nyoman Sumantra, sebagai penanggung jawab. Sejumlah nama beken turut mendukung seperti Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Anggota DPD RI Dapil Bali), Dr. Anak Agung Ari Dwipayana (Yayasan Puri Kauhan Ubud), serta I Gusti Agung Bagus Mantra (penggerak Bali Taksu Legacy dan Pregina Showbiz Bali). Mereka bertindak sebagai konsultan dan penasihat. Diharapkan Gelar Seni Pengosekan 2025 dapat menjadi agenda tahunan yang menguatkan kembali Pengosekan sebagai pusat seni di Bali. [BKRAF/Sps]