(Ulasan Pengantar D’Youth Fest 5.0)
Oleh : I Putu Yuliartha, Ketua Pelaksana Harian BKraf Denpasar
Dalam mitologi Hindu, Manik Syamantaka adalah sebuah permata suci, anugerah dari Dewa Matahari, Surya. Permata ini dahulu dikenakan di leher sang dewa, menjadi sumber kilau cahayanya yang agung. Namun Syamantaka bukan sekadar lambang keindahan atau kekayaan—ia adalah simbol dari kebenaran, kemurnian niat, dan kekuatan spiritual.
Kisah Syamantaka tercatat dalam kitab Wisnupurana dan Bhagawatapurana. Disebutkan bahwa di mana pun permata ini berada, tempat itu akan terhindar dari bencana: tidak ada kekeringan, banjir, gempa, atau wabah. Sebaliknya, daerah itu akan dianugerahi kemakmuran, kesejahteraan, dan ketentraman. Siapa pun yang menggenggamnya akan memperoleh delapan bhāra emas setiap hari—setara dengan 170 pon emas—tapi hanya jika permata itu berada di tangan yang jujur.
Namun, ketika berada di tangan yang tamak, Syamantaka justru membawa petaka: pertumpahan darah, tuduhan tak berdasar, dan perpecahan. Permata ini adalah ujian, bukan hadiah. Ia hanya akan bersinar jika digenggam oleh jiwa yang bersih dari pamrih dan teguh memegang Dharma—jalan kebenaran.
Inilah filosofi yang menjadi napas utama D’Youth Fest 5.0 tahun 2025. Dalam dunia anak muda yang dikepung sorotan media sosial, godaan popularitas instan, dan derasnya tren digital, D’Youth Fest hadir sebagai ruang penyadaran. Festival ini bukan sekadar panggung pertunjukan atau hiburan. Ia adalah cermin nilai—tempat para pemuda Denpasar diajak untuk bertanya kepada diri sendiri: Apakah aku pantas menggenggam cahaya?
Menyatukan Komunitas, Menyuburkan Nilai
D’Youth Fest 5.0 dirancang sebagai titik temu berbagai komunitas kreatif urban yang lahir dan tumbuh di Kota Denpasar. Mereka yang hidup dalam denyut kalcer—istilah gaul dari “culture“—datang dari berbagai latar belakang: seni jalanan, musik independen, esports, urban fashion, seni pertunjukan, hingga kuliner inovatif.
Beragam program dihadirkan bukan hanya sebagai hiburan, melainkan sebagai wahana edukasi, pembentukan karakter, dan penguatan jejaring nilai:
- Creha ARC (Area Creator): Ajang cosplay berskala internasional yang membawa anak-anak muda Denpasar menuju seleksi dunia di Korea dan Jepang.
- OTW (Operet This Week): Kompetisi teater remaja se-Bali yang menjadi ruang refleksi dan keberanian menyuarakan gagasan lewat panggung.
- Denpasar Tattoo Contest: Perayaan seni tubuh yang menyatukan seniman tato nasional dan internasional, menjadikan kulit sebagai medium budaya.
- Bali Barber Expo: Forum barber dari seluruh Indonesia yang menampilkan gaya potong rambut sebagai seni profesional yang penuh nilai estetika.
- Sound of Kodya: Kolaborasi mahasiswa dan pelajar SMA dalam lomba musik akustik dan band, memperkuat ekosistem musik lokal.
- Mural Competition: Seni rupa jalanan yang menjadikan dinding kota sebagai kanvas perjuangan dan harapan anak muda.
- Denpasar Gaming League: Kompetisi esports sebagai simbol kebangkitan industri digital kreatif di Denpasar.
- Denpasar MC Contest: Ajang pelatihan dan pencarian talenta pembicara publik muda dengan karakter, etika, dan kepercayaan diri.
- F&B Exhibition: Pameran kuliner kreatif dari komunitas food truck dan warung tradisional Bali yang menyajikan rasa, inovasi, dan identitas.
- Denpasar Street Dance: Lomba tari jalanan penuh energi yang merayakan keberanian mengekspresikan diri melalui gerak.
Lebih dari 21.000 pengunjung hadir dalam rangkaian acara tahun lalu, dengan 65 komunitas terlibat, dan lebih dari Rp1,35 miliar transaksi tercatat dari pelaku UMKM. Ini adalah bukti nyata bahwa kreativitas bisa menyatu dengan daya ekonomi—jika dilandasi oleh niat dan nilai.
Cahaya di Tengah Lingkaran
Tahun ini, D’Youth Fest mempersembahkan konsep panggung 360° (in-the-round stage)—sebuah bentuk pertunjukan yang menempatkan penonton di sekeliling aksi, menjadikan mereka bagian dari energi pertunjukan itu sendiri. Format ini menyiratkan filosofi yang dalam: bahwa nilai sejati harus bisa terlihat dari segala arah, tidak hanya dari satu sisi.
Inagurasi festival pun diisi dengan semangat yang sama. STT Banjar Ketapian Kelod menghadirkan fragmen tari yang diiringi baleganjur dan alat musik daur ulang—mengubah sampah menjadi suara, dan suara menjadi makna. Ini bukan sekadar pertunjukan seni, tapi pernyataan: bahwa kreativitas sejati lahir dari kesadaran, bukan kemewahan.
Dalam dunia yang penuh cahaya palsu dan sorak sorai instan, Syamantaka mengingatkan kita bahwa cahaya sejati datang dari dalam. Bahwa kemakmuran dan keberkahan hanya mengikuti mereka yang mampu bertanggung jawab atas apa yang mereka genggam. Begitu pula dengan pemuda hari ini.
D’Youth Fest 5.0 ingin melahirkan generasi Jembawan baru—pemuda yang tak gentar mempertahankan nilai, yang tahu kapan berdiri, kapan diam, dan kapan menyerahkan segalanya demi kebenaran. Pemuda yang tak hanya menari di atas panggung, tapi juga menyalakan api kejujuran di dalam dirinya.
Sebab seperti Syamantaka, potensi sejati tidak bisa dipamerkan. Ia harus dijaga. Ia harus digenggam dengan hati. Dan ketika digenggam oleh tangan yang tepat, permata itu tidak hanya memberi emas, tapi juga menyinari seluruh dunia.
Selamat datang di D’Youth Fest 5.0. Inilah cahaya dalam genggamanmu.[]