Wed. May 28th, 2025

Wamen Ekraf Irene Umar Dorong Blockchain, AI, dan Motor Custom Sebagai Subsektor Baru dalam Ekonomi Kreatif

WAKIL Menteri Ekonomi Kreatif (Wamen Ekraf) Republik Indonesia, Irene Umar, menggelar dialog terbuka bersama para tokoh dan pelaku ekonomi kreatif Bali di sebuah kafe di Denpasar pada Senin (26/5/2025) petang. Pertemuan ini menjadi ruang interaksi penting antara pemerintah pusat dan insan kreatif daerah, dihadiri sejumlah tokoh strategis termasuk Dr. Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, S.E., M.Si. (anggota DPD RI), Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Ketua BKraf Denpasar I Putu Yuliartha, serta perwakilan dari subsektor periklanan, fashion, animasi, street art, dan pegiat Blockchain.

Dalam diskusi yang berlangsung hangat dan terbuka, Irene Umar menegaskan bahwa pemerintah pusat tidak ingin bertindak sebagai pihak yang merasa paling tahu dalam merancang kebijakan. “Kami datang untuk mendengar. Kami tidak mau menjadi orang-orang yang sok tahu,” ujarnya tegas, membuka ruang masukan seluas-luasnya dari pelaku kreatif lokal.

Wamen menjelaskan bahwa pemerintah sangat serius dalam mengembangkan ekonomi kreatif sebagai sektor andalan ekonomi nasional. “Potensi ekonomi kreatif di Indonesia sangat besar, baik dari sisi nilai ekonomi maupun keragaman sumber daya manusia dan budayanya. Kita adalah bangsa yang kaya seni, budaya, dan kreativitas. Dari sinilah inovasi besar bisa tumbuh,” tuturnya.

Dalam paparannya, Irene menyampaikan bahwa saat ini Kemenparekraf tengah mematangkan rencana penambahan subsektor baru ke dalam daftar resmi ekonomi kreatif. Selain 17 subsektor yang sudah ada, akan diusulkan masuknya: Teknologi Terbarukan (Blockchain dan Kecerdasan Buatan), Motor Custom, dan Digital Content Creation.

Menurutnya, ketiga subsektor baru tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi dan telah menunjukkan perkembangan signifikan di berbagai daerah, termasuk di Bali. “AI dan blockchain sudah jadi tulang punggung teknologi global, Sementara, Custom motor itu perpaduan antara industri, keterampilan, seni, dan kerajinan. Ini khas Indonesia,” jelasnya. Penambahan ini juga akan dikonsultasikan dengan Kementerian Perindustrian.

Terkait AI, Irene menekankan pentingnya penggunaan teknologi secara produktif dan bijak. “AI bukan hanya alat bantu, tapi bisa jadi mitra kreatif. Kita harus tahu bagaimana menggunakannya secara tepat agar bisa meningkatkan efisiensi dan daya saing,” ungkapnya. Ia juga menyinggung pentingnya Indonesia untuk tidak tertinggal dari negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand dalam pengembangan konten digital.

Perlu Penguatan Kelembagaan Daerah

Dalam forum tersebut, Dr. Rai Mantra menyampaikan keprihatinannya atas struktur kelembagaan di daerah yang belum siap mengelola luasnya cakupan ekonomi kreatif. “Kalau semua ini masih di bawah Dinas Pariwisata, apalagi sekarang ada blockchain dan AI, bisa-bisa kepala dinasnya bingung bagaimana implementasinya,” ujarnya disambut anggukan banyak peserta.

Ia menekankan pentingnya penguatan kelembagaan daerah untuk menghindari tumpang tindih antara sektor kebudayaan dan ekonomi kreatif. Menanggapi hal itu, Irene Umar menyatakan tengah menyiapkan usulan resmi kepada DPR untuk mendirikan institusi khusus ekonomi kreatif di tingkat daerah. “Kalau tidak diperkuat, semua ini akan membebani dinas yang sudah kewalahan dengan tugas pokoknya,” katanya.

Turut hadir mendampingi Irene, Agustini Rahayu, Deputi Menteri Bidang Kreativitas Media. Acara diselingi makan malam dan ditutup dengan komitmen bersama untuk memperkuat ekosistem kreatif dari pusat hingga daerah dengan membangun kelembagaan, infrastruktur, serta jejaring antar-subsektor.[]

 

By Bekraf

Related Post