Sat. Jun 14th, 2025

Inspirasi dari Panggung Idol: Model Seleksi Berjenjang untuk Akselerasi Ekraf Nusantara

Acara Penobatan Pemenang Indonesian Idol 2025. Foto: Dok. Okezone

 

Oleh : Putu Yuliartha dan Agung Bawantara

(Bagian pertama dari tiga tulisan)

Ketika Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI, Irene Umar, menghadiri malam Result and Reunion Indonesian Idol Season XIII pada Senin, 19 Mei 2025 di Studio RCTI+, ia tak hanya hadir sebagai tamu undangan, tapi juga sebagai seorang pembuat kebijakan yang melihat potensi strategis ajang ini. Dalam keterangannya, Irene menyampaikan bahwa Indonesian Idol adalah wadah inspiratif bagi generasi muda untuk menampilkan dan mengasah bakat mereka, terutama di bidang musik.

“Bagus kok, buat ekraf ini jadi ajang untuk berkompetisi dan ini bukan soal menang atau kalah, tapi berani untuk maju dan mencoba audisi itu sudah satu langkah yang luar biasa,” ungkapnya.

Pernyataan ini menyoroti sebuah gagasan penting: bahwa ajang pencarian bakat dengan format seleksi bertahap bisa menjadi alat strategis dalam mempercepat pengembangan ekonomi kreatif, terutama di daerah-daerah.

Menyusun Tangga dari Desa ke Dunia
Dari inspirasi Indonesian Idol, lahirlah gagasan untuk membangun model seleksi bertingkat yang dimulai dari kelurahan dan desa, lalu naik ke tingkat kecamatan, hingga kabupaten/kota. Di akhir rangkaian, para juara akan tampil dalam acara puncak bertaraf nasional atau internasional, yang menjadi etalase karya unggulan dari seluruh subsektor ekonomi kreatif.

Langkahnya, mula-mula Pemerintah daerah menetapkan satu hingga tiga subsektor unggulan yang menjadi prioritas pengembangan berdasarkan potensi lokal. Sektor-sektor lain tetap dilibatkan sebagai penopang ekosistem, melalui pameran, showcase, dan mentoring.

Selanjutnya diiterapkan struktur kompetisi yang berjenjang dan sistemik bermula dari kelurahan atau desa di mana di situ diadakan audisi komunitas, pemetaan potensi, pemicu partisipasi.

Setelah itu kompetisi dilanjutkan di tingkat kecamatan yakni seleksi lintas desa, showcase talenta antarwilayah. Selanjutnya, kompetisi diselenggarakan even besar di Kabupaten/Kota atau yakni sebuah festival besar untuk pemilihan juara umum. Acara ini bisa diselenggarakan saat HUT daerah, HUT Kemerdekaan Ri, atau hari-hari lain yang istimewa di daerah masing-masing. Puncaknya, Festival Ekraf Daerah yang diselenggarakan di Tingkat provinsi yang merupakan panggung kehormatan bagi para juara berjenjang. Festival ini dirancang sebagai: pPameran seluruh subsektor (kuliner, musik, kriya, literasi, fesyen, animasi); final kompetisi subsektor unggulan; workshop, business matching, dan kelas master; penobatan “Kecamatan/Kelurahan Kreatif Terbaik”.

Dampak dan Keunggulan
Dampak yang mungkin terjadi dari penyelenggaraan pola kompetisi berjenjang dan berkesinambungan ini antara lain tumbuhnya ekosistem ekraf yang sistematis dan berbasis local; terbukanya ruang ekspresi dan peningkatan daya saing bagi generasi muda; semakin kuatnya identitas daerah melalui kreativitas dan inovasi; menguatnya magnet yang menarik perhatian sponsor, media, dan investor untuk mendukung sektor kreatif.

Panggung Indonesian Idol telah membuktikan bagaimana proses seleksi yang terbuka, kompetitif, dan terbimbing bisa membentuk talenta nasional. Mengapa tidak kita bawa pola ini ke kampung-kampung? ***

Tulisan kedua : “Membiayai Kreativitas dari Desa: Jalan Panjang Menuju Ekraf yang Berkelanjutan”

Tulisan Ketiga : Kanal Sebagai Tulang Punggung Kompetisi Ekraf di Daerah

*Putu Yuliartha dan Agung Bawantara masing-masing adalah Ketua Pelaksana Harian dan Pengurus BKraf Denpasar

 

By Bekraf

Related Post