KEAMANAN data digital kembali menjadi perhatian utama di Indonesia, terutama setelah sejumlah kasus peretasan terhadap jaringan milik pemerintah. Meningkatnya insiden peretasan ini menimbulkan kekhawatiran akan kerentanan sistem digital yang terpusat, sehingga muncul kebutuhan mendesak akan solusi jaringan yang lebih aman dan andal. Blockchain, dengan sifat desentralisasinya, disebut sebagai salah satu solusi potensial untuk mengatasi masalah ini.
Blockchain, yang lebih dikenal dalam penerapannya melalui mata uang kripto (cryptocurrency) dan NFT (non-fungible token), kini diprediksi akan menjadi basis teknologi digital masa depan seiring dengan peralihan menuju era Web3. Teknologi ini menawarkan sebuah sistem di mana data tidak terpusat pada satu server, melainkan disebar ke berbagai titik, sehingga mengurangi risiko kegagalan sistem secara menyeluruh jika terjadi serangan.
I Putu Gede Rahman Desyanta, Penanggung Jawab Bali Blockchain Summit, mengungkapkan bahwa blockchain mampu mendorong transformasi dalam tata kelola data digital. “Blockchain memiliki tiga lapisan keamanan yaitu advanced encryption, public key, private key, serta mekanisme desentralisasi dan konsensus yang membuatnya lebih tahan terhadap serangan siber,” jelasnya dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat (16/8/2024) di Dharmanegara Alaya, Denpasar.
Desyanta juga menjelaskan bahwa dalam sistem blockchain, ketika salah satu blok diserang, blok tersebut akan secara otomatis terputus dari jaringan utama, sehingga menjaga keamanan data yang tersimpan di blok lainnya. Dengan mekanisme konsensus, blockchain juga menolak data yang tidak sesuai standar yang telah ditetapkan, sehingga memperkuat keamanan.
Di sisi lain, Bali Blockchain Summit 2024 yang akan diadakan pada 20 Agustus 2024 di Denpasar, Bali, diharapkan dapat menjadi momentum penting untuk mendorong adopsi teknologi blockchain di berbagai sektor. Acara ini akan dihadiri oleh lebih dari 700 peserta dari mancanegara, serta melibatkan 40 pengembang blockchain yang akan berpartisipasi dalam Polkadot Asia Championship dan kompetisi Hackathon untuk mengembangkan solusi berbasis blockchain.
Cindy Nattaya, Ketua Penasihat Bali Blockchain Summit, menambahkan bahwa ajang ini tidak hanya menjadi wadah bagi para ahli dan pelaku industri untuk berbagi pengetahuan, tetapi juga sebagai platform untuk menunjukkan keseriusan Indonesia dalam mengadopsi teknologi blockchain, dengan dukungan penuh dari pemerintah dan kementerian terkait.
Sebagai kota tuan rumah, Denpasar juga memiliki ambisi besar untuk menjadi “Kota Ramah Blockchain” pada tahun 2045, dengan Bali Blockchain Center yang telah beroperasi sejak 2020 sebagai pusat pengembangan dan laboratorium teknologi blockchain di kawasan ini.
Dengan partisipasi luas dari berbagai pemangku kepentingan, Bali Blockchain Summit 2024 diharapkan dapat memperkuat kedaulatan digital Indonesia dan membuka jalan menuju inovasi berkelanjutan di masa depan. [BEKRAF/Rls]