Rare Bali Festival (RBF) telah menjadi salah satu ajang budaya yang paling dinantikan di Bali. Sejak awal diselenggarakan pada tahun 2014, festival ini konsisten mengusung misi mulia: melestarikan permainan tradisional dan dongeng Bali serta membangun karakter anak-anak melalui budaya lokal. Tahun 2024, RBF hadir dengan sentuhan khusus yang lebih inklusif dan menyentuh, mengusung tema “Peduli Disabilitas” dengan memperkenalkan permainan baru bernama “pompongan” yang dirancang untuk anak-anak disabilitas.
Bayangkan suasana Taman Budaya Denpasar pada pagi hari 23 Juli 2024. Anak-anak dari berbagai latar belakang berkumpul dengan penuh antusiasme, termasuk mereka yang memiliki disabilitas. Di tengah keramaian, tampak I Gede Tarmada, putra dari maestro permainan tradisional dan dongeng, I Made Taro, menjelaskan dengan semangat bahwa permainan tradisional seharusnya bisa dinikmati semua orang tanpa kecuali. “Pompongan” yang berarti buah kelapa yang dimakan tupai, diciptakan dengan tujuan agar anak-anak disabilitas dapat bermain dengan gembira dan merasa setara dengan yang lainnya.
Putu Suryadi, Ketua Panitia Festival Bali Rare 2024, turut memberikan kontribusi dengan pendokumentasian karya-karya I Made Taro. Tiga video tutorial permainan tradisional diperkenalkan: keranjang duren untuk anak perempuan, kulkuk untuk anak laki-laki, dan pompongan untuk anak disabilitas. Semua ini adalah bukti dedikasi I Made Taro, yang sejak tahun 1973 telah mendedikasikan hidupnya untuk melestarikan permainan tradisional dan dongeng Bali. Sanggar Kukuruyuk, yang didirikan pada tahun 1979, telah mengembangkan 210 permainan tradisional dan 210 gending rare (lagu anak-anak Bali), menjadikan beliau sebagai ikon budaya yang patut dihormati.
Dek Wahyu, Ketua Yayasan Penggak Men Mersi, menjelaskan bahwa festival ini bertujuan untuk menanamkan kearifan lokal di tengah arus deras perkembangan teknologi dan perubahan zaman. Menurutnya, pendidikan karakter melalui permainan tradisional dan dongeng sangat penting dalam membentuk mental dan etika anak-anak. Festival ini juga sebagai jawaban terhadap berbagai permasalahan anak-anak seperti kekerasan, bunuh diri, dan kenakalan remaja. Melalui festival ini, diharapkan anak-anak dapat mengenal dan mencintai budaya mereka sendiri, serta membangun karakter yang kuat dan beretika.
Setiap tahun, Rare Bali Festival selalu berhasil menarik perhatian dan partisipasi ribuan anak-anak, guru, dan masyarakat umum. Festival ini menawarkan berbagai kegiatan menarik seperti parade budaya, workshop, lomba, pameran, dan saresehan. Rare Bali Festival juga menjadi platform untuk mendokumentasikan dan menyebarluaskan permainan tradisional dan dongeng Bali melalui media modern seperti video tutorial, memastikan pengetahuan dan keterampilan ini diwariskan kepada generasi mendatang.
Melalui kegiatan di Rare Bali Festival, anak-anak diajarkan nilai-nilai luhur seperti sportifitas, kejujuran, disiplin, kreativitas, tanggung jawab, sopan santun, saling menghargai, dan saling menolong. Keterlibatan anak-anak dalam kegiatan yang mengedepankan kearifan lokal berkontribusi pada pembentukan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga kuat secara mental dan beretika. Generasi inilah yang akan menjadi tulang punggung bangsa dalam menyongsong bonus demografi dan 100 tahun Indonesia dengan prestasi dan kemajuan.
Rare Bali Festival adalah bukti nyata bagaimana budaya lokal dapat menjadi sarana efektif dalam membangun karakter anak-anak. Dengan mengusung tema inklusivitas dan kepedulian terhadap penyandang disabilitas, Festival Rare Bali 2024 menunjukkan bahwa semua anak, tanpa terkecuali, berhak untuk bermain, belajar, dan bahagia. Melalui festival ini, semangat kebersamaan dan gotong royong kembali dihidupkan, menjadikan Bali dan Indonesia sebagai tempat yang lebih baik untuk generasi masa depan.*** [BEKRAF/Angga Wijaya]