Sun. Oct 13th, 2024

Festival Rare Bali 2024 Wabahkan Gairah Mendongeng dan Permainan Tradisional

By Bekraf Jul 22, 2024

Sempat vakum beberapa tahun karena pandemi, Yayasan Penggak Men Mersi kembali menggelar Festival Rare Bali yang dibuka hari ini, Selasa (23/7/2024). Festival ini berlangsung hingga Rabu bertempat di Taman Budaya Denpasar.

Tahun ini, Festival Rare Bali menjadi spesial karena dipersembahkan kepada I Made Taro, maestro permainan tradisional dan dongeng asal Bali yang sejak 1973 menekuni, melestarikan, dan mengajarkan keterampilan mendongeng hingga kini.

Kadek Wahyudita, Ketua Yayasan Penggak Men Mersi mengatakan,  Penggak Men Mersi sebagai wadah yang konsen terhadap budaya anak merasa penting melakukan pendokumentasian karya dan perjalanan I Made Taro yang kini memasuki usia uzur.

“Selain kehilangan peminat, jumlah guru atau maestro yang mengetahui jenis-jenis permainan tradisional dan dongeng sudah sangat terbatas. Tujuan pendokumentasian ini tidak lain untuk menghidupkan kembali kekayaan budaya ini agar kembali dinikmati oleh generasi sekarang,” kata Wahyudita dalam jumpa pers Festival Rare Bali 2024 di Taman Budaya Denpasar, Senin (22/7/2024).

Tambah dia, dalam Festival Rare Bali 2024, akan menampilkan aktivitas budaya anak meliputi permainan tradisional, seni, dan literasi anak. Festival ini juga untuk menyambut Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli.

Dengan tema “Merawat Tradisi, Cipta Inovasi, Untuk Generasi”, Festival Rare Bali 2024 menjadi spirit untuk menengok kembali kehidupan anak-anak yang di kota-kota besar termasuk Denpasar kehilangan ruang bermain.

“Hadirnya gadget atau gawai yang menyajikan berbagai permainan berbasis digital membuat permainan dan tradisional dianggap warisan masa lampau yang tidak penting bagi generasi zaman sekarang,” sebut Wahyudita.

Padahal, kata dia, permainan tradisional dan dongeng memiliki manfaat yang sangat besar terhadap pendidikan karakter anak sejak usia dini.

“Permainan tradisional dan dongeng mengajarkan anak untuk bersifat sportif, jujur, disiplin, kreatif, bertanggung jawab, sopan santun, saling menghargai, dan saling menolong,” ucap Wahyudita yang akrab disapan Dek Wahyu.

Ia menambahkan, nilai-nilai tersebut sekarang makin terkikis. Salah satu sebabnya, sistem pendidikan masa sekarang hanya mementingkan kecerdasan intelektual, tanpa memikirkan lapisan kecerdasan lain seperti kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual.

“Akibatnya, banyak orang tua yang mengeluh anaknya susah diatur atau melakukan kenakalan remaja. Di sini pentingnya permainan tradisional dan dongeng sebagai medium olah pikir, olah rasa, dan juga olah raga,” jelas Dek Wahyu yang juga menjadi Koordinator Tim Kreatif Pesta Kesenian Bali (PKB) tiap tahunnya.

Sementara itu, Putu Suryadi, Ketua Panitia Festival Rare Bali 2024 menuturkan, kegiatan festival ini bisa dilaksanakan atas kerjasama Yayasan Penggak Men Mersi dengan Program Dana Indonesiana dan Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) Kemendikbud RI.

“Jadi dalam festival ini terdapat dua sub kegiatan yakni pendokumentasian karya maestro I Made Taro, di antaranya tiga video tutorial maplalianan atau bermain, selain pendokumentasian Festival Bali Rare sejak awal pada 2014 hingga saat ini,” kata Suryadi.

Imbuh dia, ragam kegiatan Festival Bali Rare 2014 meliputi parade budaya anak, workshop, lomba, pergelaran, pameran, dan sarasehan.

“Selama dua hari, festival ini akan melibatkan sedikitnya 1000 anak-anak dari TK hingga SMP dibawah koordinasi Disdikpora Kota Denpasar. Juga, didukung oleh beberapa sanggar dan komunitas sebagai pendukung kegiatan,” tutup Suryadi. ***[BEKRAF/Angga Wijaya]

By Bekraf

Related Post