Pameran seni ‘Culmination’ atau ‘Puncak’ digelar di Santrian Art Gallery, Sanur, Denpasar menghadirkan karya dari Agus Kama Loedin, David Hopkins, Dibal Ranuh, Eric Buvelot, Made Kaek, Putu Bonuz Sudiana, Sava Istanbul Larry, Sujana Suklu, Nyoman Suantara, Tjandra Hutama dan Wayan Suastama. Dengan kolaborasi performance Jasmine Okubo dan Kang Hajat.
Rangkaian kolaborasi seniman ini, juga menyertakan 11 karya sastra, 9 berupa puisi karya Eda Ocha (Turki) Shio Senda (Jepang) , Mas Ruscitadewi, Made Adnyana Ole, Sonia Piscayanti, Arya Ngurah Dimas, Wini Hartini, Agung Gede Putra, dan Darma Putra, serta prosa karya Nandini Khrisna (India) dan Brandon Spars (AS).
Dian Dewi Reich, kurator pameran mengatakan, ‘Culmination’ adalah ajang berkumpulnya para seniman termasuk para penulis dalam menyampaikan pesan-pesannya. “Penggiat seni rupa, foto, grafis dan film yang tergabung dalam kegiatan ini berupaya untuk “membaca” sastra sebagai salah satu bentuk kolaborasi, juga karya tulis yang berbahasa Inggris maupun Indonesia disalin dan digunakan di atas daun lontar dengan aksara Bali,” katanya.
Berbagai pesan akan dikumpulkan melalui media seperti fotografi, puisi, lukisan, instalasi dan film. Masing-masing berkontribusi pada puncak sempurna yang ingin kami bagikan.
“Tujuannya adalah untuk membagikan sesuatu yang positif, yang disukai banyak orang, dan meninggalkan dampak yang bertahan lama. Ini bukan tentang membuktikan apa pun, melainkan tentang proses kolaboratif dalam menciptakan dan merangkul pesan-pesan positif satu sama lain, menumbuhkan rasa kebebasan dalam berekspresi artistik,” tambah Dian Dewi.
“Culmination” berlangsung di Santrian Art Gallery pada 10 Mei 2024 hingga 29 Juni 2024. “Puncak perhelatan ini adalah menampilkan “kelompok suara nasional dan internasional” yang dinamis. Setiap suara berbagi pesan untuk komunitas kami,” jelas Dian.
Pemilik Santrian Art Gallery dan Griya Santrian Resorts Sanur Ida Bagus Gede Sidharta Putra juga ikut merasakan kebahagiaan itu, kebahagiaan dalam berseni, berkreatifitas, seperti keasyikan anak-anak bermain, yang dalam tradisi upacara di Bali yang ditandai dengan menghadirkan dan menjelmakan Sanghyang Rare Angon.
“Maka, dengan setulus hati lewat pameran ini saya ingin mengajak semuanya untuk menikmati kebahagiaan kita bersama. Hanya dari rasa bahagia, kita semua bisa memberi vibrasi positif untuk menyebarkan kasih sayang, yang makin mekar dan berkembang, memberi energi dan kekuatan, meresap dan memenuhi semesta,” kata Sidharta.
Menurut Dian Dewi Reich yang juga pemilik Sawidji Gallery, perhelatan seni yang bertajuk “Puncak” mengacu pada puncak atau titik tertinggi dari sesuatu, sering kali dicapai setelah proses pengembangan atau kemajuan.Penting untuk diketahui, pameran ini memaknai ‘puncak’ sebagai titik harmoni dan kepositifan “Ini menandakan titik kedatangan, penyelesaian, atau pemenuhan, di mana berbagai elemen atau upaya berkumpul untuk menandakan momen resolusi, pencapaian, atau realisasi,” sebutnya.
Arsitek dan budayawan Popo Danes mengapresiasi positif apa yang digelar Sawidji dan Santrian Art Gallery bersama seniman dalam dan luar negeri ini. Baginya, kebersamaan dengan sebagian besar seniman terkemuka di Bali selama lebih dari 20 tahun terakhir membantu dia mengembangkan pemetaan dirinya tentang kedudukan semua orang di lingkaran tersebut.
“Namun saya melihat perkembangan yang cukup signifikan dalam lima tahun terakhir ketika beberapa seniman mulai mengembangkan kesadaran mereka tentang betapa pentingnya kolaborasi yang baik untuk mencapai hasil yang lebih bermakna bagi karya mereka. Hal ini juga membuka hati lebih banyak seniman untuk lebih terbuka terhadap opini eksternal dan menurut saya ini adalah gerakan yang sangat positif. Gelombang positif yang memberikan harapan lebih baik bagi masa depan taman bermain ini,” ucap Popo.
Baginya pameran Puncak ini merupakan salah satu pertunjukan penting dari gerakan positif ini dan ini hanyalah permulaan. Dirinya berharap apa yang dihadirkan melalui pameran ini dapat menjadi inspirasi besar khususnya bagi para seniman muda dalam membantu mereka mencapai karya yang lebih besar dengan jati diri mereka yang sebenarnya.
“Saya berharap preseden ini dapat mendobrak sekat-sekat tersebut, bahkan mengajak masyarakat di luar komunitas seniman untuk bersuara lebih lantang dalam memberikan pendapatnya tentang seni sehingga dapat membantu menyebarkan ide seni kepada khalayak yang lebih luas. Agar kesenian tersebut dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.” ujar Popo.
Selain itu, imbuhnya agar interaksi tersebut tidak hanya dalam bidang seni saja, namun bisa menjangkau ke luar kalangan tersebut. Menurut Made Kaek, salah seorang seniman yang terlibat dalam kolaborasi ini “Kegiatan juga akan diisi Culmination Artist Talk yang akan diadakan di Santrian Art Gallery pada tanggal 1 Juni 2024,” jelas Made Kaek, salah seorang seniman yang terlibat dalam kolaborasi ini. ***[BEKRAF/Angga Wijaya]