LUKISAN ‘Ibu Brayut’ karya Komang Sudiarta, atau lebih akrab disapa Loster, berhasil lolos seleksi untuk dipamerkan dalam Pameran Seni Bali Kanda Rupa 2024. Acara ini akan berlangsung sebagai bagian dari rangkaian Pesta Kesenian Bali pada 15 Juni hingga 13 Juli 2024 mendatang.
Loster, kelahiran Payangan, Gianyar, pada 9 September 1981, melukis seorang ibu dengan tujuh bayi dengan sangat indah. Lukisan ini mengadopsi gaya Batuan yang khas, menyampaikan pesan tentang keteguhan dan pemahaman yang dibutuhkan dalam menjalani kehidupan. Karya ini juga menekankan pentingnya interaksi dengan lingkungan, baik manusia maupun alam, untuk menjaga keseimbangan diri dan lingkungan.
Pada Senin (3/6/2024), Loster berbagi cerita tentang proses kreatif di balik terciptanya lukisan ‘Ibu Brayut’. Menurutnya, karya tersebut menggunakan berbagai simbol dan komposisi rupa tradisi Bali, yang diadopsi dan dikembangkan dengan cara unik. “Misalnya saja, Men (Ibu) Brayut melambangkan keteguhan dan kesejahteraan, bunga teratai bermakna pengetahuan, air memiliki arti ketenangan dan kehidupan, serta binatang yang merepresentasikan sifat negatif,” jelasnya.
Loster juga menambahkan bahwa garis-garis dengan corak lokal diterapkan dalam karyanya, selaras dengan narasi utama yang ingin disampaikan yaitu keteguhan dan pengetahuan atas nilai tradisi. Menurutnya, nilai tradisi dapat menjadi pijakan yang lentur untuk diterapkan sesuai dengan jiwa zaman dan berbagai masalah kehidupan sehari-hari.
Kecintaannya pada seni lukis bermula sejak masa sekolah dasar, dengan tema-tema cerita masa lalu yang didengarnya dari desa tempat ia dibesarkan. Lahir dari keluarga seniman yang menyukai seni tari, seni ukir, dan seni tabuh, Loster memilih jalur seni lukis. Ia menempuh studi di SMSR Sukawati, Gianyar, dan berinteraksi dengan Ketemu Project, sebuah komunitas seni yang dibina oleh seniman terkenal Budi Agung Kuswara. Hal ini mengantar Loster ke berbagai pameran seni rupa baik di dalam maupun luar negeri.
Beberapa pameran yang pernah diikuti Loster antara lain ‘Transport Me to Bali’ di Rumah Sanur Denpasar (2016), pameran bersama di Rumah Berdaya Denpasar (2017), pameran bersama di Social Space, Singapura (2018), pameran bersama di Oak Wood Art, Virginia, Amerika Serikat (2018), pameran bersama Ketemu Project di Art Jakarta (2022), pameran bersama Bali Kanda Rupa di Neka Art Museum, Ubud, Gianyar (2023), dan pameran seni rupa ‘Habitat Lokacarita’ di Taman Budaya Yogyakarta (2023).
Selain menekuni seni rupa, Loster juga aktif dalam bidang kesehatan mental. Ia terlibat dalam Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali dan Rumah Berdaya Denpasar. Loster adalah salah satu penggerak “Schizofriend Art Movement” yang menjadikan seni sebagai terapi bagi pengidap dan penyintas gangguan mental, terutama skizofrenia.
“Saya sendiri adalah penyintas skizofrenia yang hidup di tengah masyarakat yang awam terhadap kesehatan mental. Distigma sebagai tidak berguna sudah biasa bagi saya,” ujar Loster dengan serius. Bagi Loster, ekspresi seni rupa menjadi jembatan komunikasi dengan dunia luar dan lingkungan tempat ia tinggal bersama istri dan anak-anaknya.
“Seni adalah terapi yang bagus sebagai pelengkap pengobatan medis. Dengan rutin minum obat, saya bersyukur bisa pulih dari skizofrenia. Terus berkarya demi menghidupi keluarga karena lukisan saya juga merupakan pesanan selain untuk kolektor lukisan,” tutup Loster.*** [BEKRAF/Angga Wijaya]