PEMERINTAH Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengadakan kunjungan kerja dan studi banding ke Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Art & Creative Hub di Denpasar, Bali, untuk mempelajari dan mendalami teknologi blockchain serta penerapannya dalam pengembangan ekonomi kreatif. Rombongan yang tiba pada Selasa (21/05/2024) itu dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Sumedang, Tuti Ruswati, dengan bimbingan langsung Sekda Jawa Barat, Herman Suryatman, disambut hangat oleh Kepala Dinas Kominfo Kota Denpasar, IB Alit Adhi Merta, mewakili Walikota Denpasar. Turut menyambut Kepala Bidang Pengembangan SDP dan Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Kota Denpasar, I Wayan Hendaryana, serta CEO Baliola, IGP Rahman Desyanta.
Acara diawali tur keliling Gedung DNA dan kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi mengenai blockchain, implementasinya, serta potensi pengembangannya untuk kemakmuran Masyarakat.
Dalam diskusi, kepada tuan rumah, Tuti Ruswati mengutarakan tujuan kunjungan mereka untuk menyerap ilmu tentang teknologi blockchain dan penerapannya dalam pengembangan ekonomi kreatif dan bidang lainnya.
Pada kesempatan itu Rahman Desyanta, seorang ahli blockchain bersertifikat internasional, tampil sebagai bintang utama. Ia memaparkan teknologi yang masih asing di telinga khalayak luas itu secara komprehensif dan dengan bahasa sederhana.
Anta menjelaskan bahwa blockchain memiliki tiga keunggulan utama: keselamatan (safety), keamanan (security), dan integritas (integrity). Itulah yang menjadikannya semacam “mesin kebenaran” (the truth engine) karena kombinasi dari sifat-sifat yang dimilikinya itu mampu menyediakan catatan yang dapat diandalkan dan otentik yang mencerminkan kebenaran dari setiap transaksi atau data yang dicatat di dalamnya.
Anta juga menekankan bahwa blockchain tidak hanya digunakan untuk cryptocurrency, tetapi juga dapat diterapkan dalam bidang kesehatan, pertanian, catatan kependudukan, dan lainnya.
Di sisi lain, Anta memperkenalkan Baliola, sebuah perusahaan sturt up yang diinkubasi oleh Badan Kreatif Denpasar dan kini berkembang pesat di ranah blockchain, produk-produk turunannya serta prototipenya seperti Mandala Chain sebuah ekosistem blockchain yang antara lain terdiri dari Mandala Chain Enterprise, IdChain, dan Medblock.
Mandala Chain sebagai sebuah ekosistem memiliki dua mekanisme arsitektur utama. Pertama, Mandalachain Utama Network yaitu sebuah platform yang bertujuan utuk menjaga keamanan data serupa bitcoin, etherium, dan lain-lain yang dapat diakses oleh publik luas. Di sini, semua orang bisa menjadi node nya. Node adalah komputer atau perangkat yang terhubung ke jaringan blockchain dan berpartisipasi dalam pengoperasian serta pemeliharaan jaringan tersebut. Setiap node memainkan peran penting dalam memastikan keamanan, integritas, dan desentralisasi blockchain.
Karena Mandala Chain melayani sekaligus pemerintah, publik, dan enterprise di mana pola pengelolaan akses datanya memiliki semangat yang berbeda, maka dikembangkanlah Mandalachain Enterprise yaitu sbuah system yang memungkinkan pengaplikasian secara plug and play.
“Jadi, jika ada pemerintah kota ingin menggunakan blockchain, mereka tidak lagi perlu pusing merancang dari awal. Cukup menggunakan Mandalachain Enterprise mereka langsung dapat dengan mudah mengintegrasikan data, node, dan use case yang mereka kelola. Tinggal instal sudah langsung jalan,” Ujar Anta.
Lebih jauh Anta menerangkan bahwa setiap kunci yang disimpan di Mandala Enterprise itu akan jamin keamanannya oleh Mandala Chain Utama Network.
Mengenai IdChain, ia adalah layer dua blockchain dari Mandala Chain, yang fokus melindungi data identitas. IdChain dirancang secara khusus untuk mekanisme atau infrastruktur desentralize identifier digital. Jadi IdChain khusus dibangun untuk mengelola identitas saja. Tidak bisa yang lain.
Nata mencontohkan, jika pemerintah sebuah kota membuat blockchain sendiri, dia bisa menggunakan Mandala Chain. Kemudian, untuk pengelolaan identitas masyarakatnya, mereka bisa menggunakan idChain. Sedangkan untuk setiap transaksi seperti mekanisme perijinan atau yang lainnya, bisa menggunakan Mandala Chain Enterprise yang diinstal di sistem milik Pemerintah Kota bersangkutan.
“Semua data yang disimpan di sana, kuncinya dilindungi oleh Mandala Chain Utama Network. Jadi ini semua sudah reseliance mechanism untuk membantu untuk menghindari hacking data milik pemerintah,” papar Anta.
Dalam sesi diskusi, Anta juga membahas berbagai kegunaan dan pentingnya blockchain dalam pemerintahan. Contoh aplikasi yang bisa diblockchain-kan antara lain pendataan dan verifikasi mahasiswa serta tracking kinerja pegawai. Dengan teknologi ini, data yang disimpan akan aman dari hacking, membantu efisiensi kerja, dan memberikan transparansi dalam pengelolaan informasi.
Di kahir pertemuan, Tuti Ruswati mengungkapkan bahwa kunjungan ini memberi wawasan baru bagi Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam mengembangkan ekonomi kreatif melalui penerapan teknologi blockchain. Ia berharap ini dapat ditindaklanjuti sehingga terjalin hubungan kerjasama yang lebih erat antara Kabupaten Sumedang dan Kota Denpasar dalam bidang teknologi dan ekonomi kreatif.*