Mandala Chain tampil sebagai inovator mewakili Kota Denpasar dalam penilaian Kerthi Bali Swacita Nugraha Tahap II di Ruang Rapat Swacitta, Gedung Badan Riset dan Inovasi Daerah Provinsi Bali, Selasa (14/5/2024). Penilaian tersebut merupakan tahapan akhir (grand final) untuk menentukan pemenang Kerthi Bali Swacita Nugraha yakni penghargaan bagi para inovator yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Bali.
Dalam presentasinya yang berjudul “Mandala Chain Infrastruktur Perlindungan dan Kedaulatan Data Masyarakat dengan Teknologi Blokchain”, I Gede Putu Rahman Desyanta, CEO Mandala Chain, memaparkan berbagai keunggulan Mandala Chain sebagai solusi unggulan dalam perlindungan dan kedaulatan data masyarakat.
Menurut Anta, Mandala Chain adalah jaringan blockchain yang menawarkan keamanan dan transparansi data dengan mengembalikan kepemilikan data kepada masyarakat. “Mandala Chain dibangun untuk membantu pemerintah, perusahaan, dan sektor ritel dalam integrasi data sekaligus melindungi privasi pengguna,” ujarnya. Nama Mandala Chain diambil dari kata dalam Bahasa Sansekerta yang berarti lingkaran atau wahana, mencerminkan visinya sebagai wadah atau semesta baru untuk data digital.
Salah satu keunikan utama Mandala Chain adalah penggunaan Coretime Sharing (CTS), yang memungkinkan beberapa Parachain untuk berbagi satu set validator node, sehingga mengatasi keterbatasan skalabilitas. “CTS bekerja seperti dapur dengan koki berbeda yang menggunakan perangkat masak yang sama. Ini memungkinkan ekosistem blockchain yang efisien dan aman,” papar Anta.
Blockchain sendiri adalah teknologi terdesentralisasi yang menyimpan data dalam blok-blok yang saling terkait. Setiap blok berisi data transaksi yang dienkripsi dan diverifikasi oleh jaringan komputer. Teknologi ini terkenal sebagai dasar dari mata uang digital seperti Bitcoin, tetapi kini digunakan di berbagai sektor, termasuk ekonomi kreatif, keuangan, dan kesehatan.
Blockchain memiliki keunggulan dalam keamanan data Masyarakat karena beberapa hal. Pertama, terdesentralisasi di mana data disimpan di banyak node (komputer) dalam jaringan, sehingga tidak ada satu titik kegagalan. Ini membuat data lebih tahan terhadap serangan siber. Dalam sistem keuangan berbasis blockchain, data transaksi disimpan di banyak komputer, sehingga sulit untuk diretas atau dimanipulasi.
Kedua, semua transaksi bisa dilihat oleh seluruh jaringan sehingga meningkatkan kepercayaan karena dapat diverifikasi tanpa perlu percaya pada satu entitas. Sebagai contoh, dalam rantai pasokan makanan, blockchain memungkinkan konsumen melacak asal-usul produk.
Ketiga, data yang disimpan di blockchain dienkripsi dan dilindungi, serta tidak dapat diubah setelah ditambahkan, mengurangi risiko kecurangan dan manipulasi. Dalam sektor kesehatan, misalnya, blockchain menjaga keakuratan dan keamanan rekam medis pasien.
Selanjutnya, blockchain memberi pengguna kontrol penuh atas data pribadi mereka sehingga memungkinkan mereka memutuskan apa yang ingin dibagikan dan dengan siapa. Sebagai contoh, sistem identitas digital berbasis blockchain memungkinkan verifikasi identitas tanpa mengungkapkan informasi pribadi yang tidak perlu.
Disampaikan dalam presentasi, Mandala Chain mampu menyakup semua hal di atas dan secara tegas menawarkan layanan kompatibilitas smart contract, manajemen aset, interoperabilitas, berbagai pallets, serta monitoring tools.
“Dengan fitur-fitur ini, Mandala Chain dapat terkoneksi dengan seluruh layer blockchain di seluruh dunia, termasuk bitcoin dan ICP,” tegas Anta.
Didampingi Ketua BKraf Denpasar, I Putu Yuliartha, Anta juga memaparkan latar belakang dan tujuan Mandala Chain, yang telah dikembangkan sejak tahun 2020.
“Dunia digital sangat erat kaitannya dengan data. Jika data ini digunakan untuk hal baik, maka manfaatnya juga baik. Namun jika data diretas, ini menjadi problem besar,” ujarnya sembari menunjukkan contoh kasus peretasan data di Indonesia di tahun 2023, di mana 5 juta data anak-anak SMA dijual dengan harga 60 dollar.
Tampil sebagai dewan juri dalam presentasi ini para ahli dari berbagai bidang, yakni Prof. Dr. Ir I Wayan Supartha, M.S (Fakultas Pertanian Universitas Udayana), Ni Wayan Muliningsih, SE., M.Si (Kepala Bidang Kewirausahaan pada Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah Provinsi Bali), Luh Gita Andari, SE,AK (Kepala Bidang Pemberdayaan Usaha Ekonomi Masyarakat dan Kawasan Perdesaan Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil Provinsi Bali), Ida Bagus Alit Suryana, S.Ag., M.Si (Kepala Bidang Tradisi dan Warisan Budaya pada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali), I Wayan Budhiyasa, SH., MH (Kepala UPTD Rumah Kreatif, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali), Ir. I Nengah Suta Maryana, MMA (Penyuluh Pertanian Ahli Madya pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali).*